Balasan Setimpal (Embarassing Moment)

Peristiwa ini terjadi kira-kira akhir maret lalu, ketika saya mengajar privat salah seorang murid kelas 3(tiga) sekolah  dasar di rumahnya. Seperti biasa, saya datang mengajar sore hari tepat setelah saya pulang kerja. Karena jarak waktu pulang kerja dan waktu mengajar tidak lama, jadi saya tidak pernah pulang ke rumah dulu. Dan biasanya karena belum sempat sarapan jadilah saya sarapan menjelang waktu ashar.

Setelah tiba di rumah murid, pelajaran dimulai seperti biasa. Diawali dengan mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) yang diberikan oleh guru sekolah. Dan saat itu kami membahas PR matematika tentang perkalian. Sebenarnya soalnya standar, tidak terlalu banyak Cuma 20 soal. Dan bobotnyapun saya pikir untuk anak SD kelas 3 tidak terlalu susah, jadi saya yakin pasti akan selesai seperti biasa...


Namun siapa sangka, hari itu menjadi hari les yang tidak biasa. Suasana yang awalnya mendukung untuk belajar tiba-tiba berubah. Kondisi perut yang kenyang karena habiz sarapan sore pluz buaian kipas angin yang menyejukan ruangan membuat mata rasanya tak tahan untuk “melek”, alhasil jadilah saya mengajar dengan menahan rasa kantuk yang luar biasa. Karena merasa daya mata tinggal 5 watt, berbagai carapun saya lakukan untuk bisa menghilangkan rasa kantuk yang menggelayuti mata. Awalnya saya coba dengan minum teh yang disuguhkan, ternyata cara itu tidak bertahan lama. Cara berikutnya saya coba dengan berjalan mondar-mandir 3x di teras rumah berharap rasa kantuk segera hilang dengan menggerakan badan. Cara kedua pun gagal, baru menyelesaikan satu soal Si kantuk datang lagi (Huff rasanya bener-bener berat perjuangan ini melawan hawa nafsu kantuk xixixi..), akhirnya saya coba menggunakan permainan selingan, selain untuk menyemangati dan refreshing, tentu saja tujuan utama adalah untuk menghilangkan rasa kantuk (heran juga kanapa kantuk tu sering datang disaat yang tidak tepat Huff..), dan akhirnya dengan cara ini saya BERHASIL….HOREEE….

Eits..tapi jangan senang dulu, godaan tidak berhenti sampai disitu(Beginilah orang berjuang menuntut ilmu,,sungguh beratnya L). Selama hampir satu jam les berlangsung, soal yang selesai dikerjakan tidak kurang dari 10 soal. Saya sampai heran, karena menurut saya sebenarnya murid saya bisa mengerjakannya hanya saja selama proses pengerjaan PR, dia banyak ceritanya daripada soal yang diselesaikannya. Memang sih bisa dimaklumi namanya juda masih anak SD, tapi yang membuat saya tidak sabar adalah untuk mengerjakan satu soal saja intro dan intermezonya luama sekali. Murid saya sangat suka dengan salah satu film kartun, dan setiap habis tayang di TV dia selalu bercerita. Karena saya merasa PR ini tidak akan selesai dengan kondisi yang ada, sebagai antisipasi sembari murid saya berpikir saya juga mengerjakan PR dikertas saya. Jadi jika nantinya PR nya benar-benar tidak selesai saya bisa memberikan hasil PR yang saya kerjakan dengan harapan bisa membantu murid saya,walaupun saya tetap berpesan kalau boleh melihat hanya untuk mencocokan jawaban saja. (ya itung-itung sebagai tanggung jawab saya sebagai guru privat kan…hehe..)

Kejadian memalukan berawal dari rasa jengkel saya karena murid saya lama sekali menghitung, dan seperti yang saya ceritakan sebelumnya 1 soal intermezonya 10 menit (agak lebay emang). Saat itu dy menceritakan salah tokoh kartun favoritnya, disalah satu adegan difilmnya si tokoh lain mengatakan kata-kata sebutan untuk tokoh lain yang menurut murid saya sebutan itu sangatlah lucu, sehingga tiba-tiba saja murid saya tertawa terus-terusan. Secara saya ga’ pernah liat tu film kartun (Cuma sekedar tau karena lihat tayangannya di TV) jadinya kayak lelucon garing gitu,,murid saya tiap mau nulis satu angka selalu saja teringat kata-kata lucu dan akhirnya tertawa lagi..ga’ berhenti-berhenti, begitu seterusnya sampai berulangkali. Walhasil satu soal rasanya kayak satu jam ngerjainnya. Saya pun dibuat rada gemes dan jengkel. Dalam batin saya bilang “susah payah saya berusaha menghilangkan rasa kantuk, eh malah nih murid ketawa-ketiwi”,huff..

Setelah sepertinya murid saya merasa kecapekan tertawa, saya pun mulai sedikit tegas padanya, saya pun bilang, “kalau tidak selesai mengerjakan PR maka besok akan kelabakan”, khirnya kamipun meneruskan belajar. Namun tak disangka tak dinyana, Si kantuk datang lagi…Ya Allah,,rasanya saya udah kehabisan akal. Tak bisa dielakan lagi, sambil melihat murid saya yang sedang mengerjakan PR tanpa saya sadari ternyata saya tertidur, dan parahnya lagi saya sempat bermimpi pula,mimpi yang aneh dan memalukan. Saya bermimpi sedang menerangkan denah rumah seseorang yang terletak di daerah ungaran, sampai tiba-tiba saya mengatakan “Banyumanik…!!!” dengan keras dan saat itu pula saya sadar saya telah terbangun dari tidur yang sekejap itu sambil menunjuk salah satu soal matematika dengan mengatakan banyumanik,,Ya Allah..malunya,,dan tentu saja murid saya terkejut dan bertanya,,”Hah apanya yang banyumainik miss”, duh sumpah malu banget,,gimana jadinya kalo’ murid saya tau ternyata saya tadi sempet tertidur Aaaaarrrrgggghhhh….tapi dengan refleks saya menjawab,”Oh tidak apa-apa kok, Cuma tadi lagi mikirin tempat di banyumanik”(hahaha Bo’ong banget…)dan untungnya lagi murid saya memang benar2 tidak tau kalau saya tertidur xixixi…

Setelah itu tiap saat saya ingat yang baru saja terjadi saya mendadak tertawa sendiri ga’ jelas,,sama seperti yang murid saya lakukan sebelumnya, tapi tetap berusaha saya tahan biar tidak terdengar cekikikan, dan setelah itu kantuk pun mendadak hilang sampai les berakhir. Saya baru sadar, ternyata saya baru saja mendapat QISHOS alias balasan, yang tanpa menunggu lama langsung dibalas langsung oleh Allah,,ya Allah saya kayaknya kok jadi seperti kualat sama murid saya,,Astagfirullahhaladzim…

*Saya jadi mendapat pelajaran, hendaknya dalam mengingatkan orang lain yang melakukan kesalahan haruslah tetap dengan cara yang baik,,jangan berprasangka yang buruk. Karena bisa jadi hal buruk yang dilakukan orang lain juga sebenarnya kita lakukan hanya saja kita tidak pernah menyadarinya J

0 Response to "Balasan Setimpal (Embarassing Moment)"

Post a Comment